MENEGUK SARI RAMADAN DI MALAM NUZULUL QUR’AN

Blog Single

Oleh: Putri Mulyani Hidayati

 

Tidak terasa umat Islam sebentar lagi akan memasuki hari ketujuh belas di bulan Ramadan. Di antara mutiara-mutiara malam di bulan Ramadan adalah malam Nuzulul Qur’an dan malam Lailatul Qadar. Kedua peristiwa ini memberikan ruang sejarah yang menentukan kehidupan umat Islam di kehidupan berikutnya. Di mana umat muslim di seluruh dunia menggunakan Al-Qur’an sebagai pedomannya.

Malam ke-17 Ramadan ialah malam yang bertepatan dengan turunnya Al-Qur’an. Malam Nuzulul Qur’an ialah malam krusial yang penuh keistimewaan. Tidak hanya bagi Rasulullah SAW, namun juga bagi umat Islam di dunia. Bahkan dikatakan bahwa nama paling mulia bulan Ramadan ialah Syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an). Peristiwa ini termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 yang artinya,

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).”QS. Al-Baqarah: 185

Sudah menjadi rutinitas tahunan di Indonesia biasa dilakukan pengajian khusus atau doa bersama untuk memperingati malam Nuzulul Qur’an. Lalu, apakah ada keistimewaan tertentu pada malam ini dibandingkan dengan malam-malam lainnya? Untuk lebih jelasnya mari kita pahami sebentar proses turunnya al-Qur’an dan keistimewaan-keistimewaan pada malam ini.

Proses Turunnya Al-Qur’an

Pertama, Pada tahap ini al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT ke Lauhul mahfudh. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

 

artinya : “Bahkan yang didustakan oleh mereka itu ialah al-Qur’an yang mulia, yang ada di Lauhul mahfudh.” (QS. Al-Buruj : 22-23).

Dalam sebagian tafsir Lauhul mahfudh disamakan dengan kitabin maknun yang berarti kitab yang terjaga. Akan tetapi secara umum Lauhul mahfudh diartikan sebagai sebuah tempat yang di dalamnya tersimpan segala sesuatu yang berkaitan dengan Qadha dan Qadar Allah, semua perkara yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi di masa yang akan datang. Di Lauhul mahfudh ini tidak ada yang tahu persis bagaimana wujudnya. Hal itu dikarenakan Lauhul mahfudh adalah alam yang tidak terjangkau oleh manusia. Sebagian ulama berpendapat bahwa wujud al-Qur’an di Lauhul mahfudh adalah berupa hafalan malaikat. Akan tetapi pendapat yang kuat adalah hafalan dalam bentuk lafadh, yaitu dalam bahasa arab.

Kedua, Pada tahap ini al-Qur’an diturunkan dari Lauhul mahfudh ke Baitul izzah. Menurut pendapat yang paling shohih baitul izzah ini ada di langit yang paling bawah atau langit dunia. Hal ini didasarkan atas riwayat Ibnu Abbas. Tahap kedua ini berdasarkan pada Allah surat al-Qodar ayat 1, yaitu :

Artinya :Sesungguhnya telah kami turunkan al-Qur’an pada malam kemuliaan.” (QS. Al-Qadar :1).

Ayat tersebut menggunakan kata Ù„ َز َنَْا yang berarti menurunkan dan diturunkan secara keseluruhan. Selain itu ayat-ayat di atas menerangkan bahwa pada malam kemuliaan atau Lailatul Qadar pada bulan Ramadan al-Qur’an diturunkan ke langit dunia (baitul izzah). Inilah malam yang sering disebut dengan malam Nuzulul Qur’an. Sebenarnya ketiga ayat di atas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam Lailatul Qadar dalam bulan Ramadhan. Dengan demikian maka pendapat yang kuat ialah bahwa Al-Qur’an Al-Karim itu dua kali diturunkan: Pertama, Diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah di langit dunia. Kedua, diturunkan ke langit dunia ke bumi secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun.

Ketiga, Pada tahap ini al-Qur’an diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril atau Jabroil atau juga sering disebutkan dengan nama Ruhul amin. Ayat yang menerangkan tentang ini adalah firman Allah yang berbunyi :

Artinya :Dan al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacanya perlahan kepada manusia. Dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra’ : 106).

Ayat di atas menggunakan kata Ù„ َزَ َّن yang merupakan masdar dari kata yang berarti menurunkan secara berangsur-angsur. Turunnya al-Qur’an pada Nabi Muhammad ini terjadi selama 23 tahun atau tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari. Hal itu terjadi di Makkah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari. Sedangkan di Madinah turun dengan masa 9 tahun 9 bulan 9 hari.

Hikmah-hikmah diturunkannya Al-qur’an secara mutawatir.

  1. Untuk meneguhkan hati Rasulullah saw. dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu juga untuk menghibur hati beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orang-orang kafir (QS. Al-Ahqof : 5).
  2. Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukanlah sya’ir atau prosa, tetapi merupakan kalam Allah yang sangat berbobot maknanya, sehingga memerlukan hafalan dan kajian yang khusus.
  3. Agar mudah untuk dimengerti dan diimplementasikan dalam kehidupan.
  4. Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat Islam yang hidup semasa Nabi Muhammad Saw.
  5. Memberikan kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan sikap mental atau tradisi jahiliyah yang negatif secara berangsur-angsur.
  6. Di antara ayat-ayat al-Qur’an, menurut ulama’ ada yang nasikh dan ada yang mansukh , sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak akan jelas jika al-Qur’an di Nuzulkan secara sekaligus.
  7. Al-Qur’an yang dinuzulkan berulang kali, terdapat kemukjizatan tertentu. Hal itu juga dapat membangkitkan rasa optimisme pada diri Nabi, sebab setiap persoalan yang dihadapi dapat dicarikan jalan keluarnya melalui penjelasan dalam Al-Qur’an.
  8. Untuk membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur untuk menepis anggapan tersebut.

Amalan-amalan yang dapat dilakukan pada malam Nuzulul Qur’an

  1. Membaca Al-Qur’an sebanyak-banyaknya.

Jika kita memutar waktu ke ribuan tahun yang lalu, malam ke-17 ini merupakan malam yang sangat istimewa. Di mana Al-Qur’an turun sebgai wahyu pertama kali. Maka dari itu, mari kita berlomba-lomba menjemput pahala dan kemuliaan yang berlimpah. Dari Abu Umamah Al-Bahlili ra., Nabi Muhammad Saw bersabda yang berbunyi,

“Bacalah Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat untuk memberikan Syafaat kepada penganutnya.” (Hadits Riwayat Muslim).

Al-Qur’an memberikan petunjuk dan syafaat bagi setiap kita yang membacanya. Jangan sampai diri kita sebagai umat Islam melewatkan malam ini tanpa membaca Al-Qur’an dan mentadabburi makna di dalamnya.

  1. I’tikaf .

Selain membaca Al-Qur’an, hal yang sangat istimewa dilakukan pada malam ini adalah ber-I’tikaf, atau berdiam diri di masjid dengan memperbanyak dzikir dan sholawat, serta melakukan ibadah positif lainnya.

  1. Memperbanyak doa.

Bulan Ramadan merupakan bulan dengan limpahan rahmat dan berkah di dalamnya, dimana kita dapat menanam kebaikan sebanyak-banyaknya. Maka, baik adanya jika kita memperbanyak memohon kepada Sang Pencipta di malam yang sangat istimewa ini.

  1. Memperbanyak salat malam.

Salat malam sangat tinggi kedudukannya di mata Allah SwT. Bahkan Rasulullah Saw tak pernak melewatkan waktu malamnya untuk bermunajat kepada-Nya. Karena selain menjadi kebiasaan orang-orang saleh, salat malam menjadi sarana untuk mendekatkan diri dan memohon kebajikan kepada Allah SWT. Seperti yang dikatakan pada hadis berikut,

Hendaklah kalian menjalankan sholat malam karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian. Ia merupakan sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, pelebur kejelekan, pencegah dosa, dan pengusir penyakit”. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim).

Selain itu, salat malam menjadi penentu kemuliaan. Seperti diungkapkan pada hadis berikut,

Wahai Muhammad, kemuliaan orang yang beriman terletak pada salat malam. Kemuliaannya jika terletak pada terlepasnya ia dari ketergantungan terhadap manusia.” (HR Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi).

Begitu besarnya manfaat yang kita peroleh dari menghidupkan malam di bulan yang suci ini. Mari kita ber-fastabiqul khoirot di bulan nan penuh berkah ini, karena kita tidak tahu apakah ini kesempatan terakhir kita bertemu dengan bulan yang mulia ini.

Share this Post1: