Etnomatematika pada Bangunan Masjid Agung Demak Inovasi Pembelajaran Matematika sebagai Implementas

Blog Single

oleh: Ricky Ahmad Pailasuf

 

Matematika dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat. Sedangkan matematika merupakan pengetahuan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Namun terkadang matematika dan budaya dianggap sebagai sesuatu yang terpisah dan tidak berkaitan. Ada pepatah, “tak kenal maka tak sayang”. Pepatah ini juga berlaku dalam mempelajari matematika. Seseorang siswa tidak bisa belajar matematika dengan baik kalau ia tidak menyukai, atau paling tidak punya minat terhadap matematika. Dan seseorang siswa tak mungkin menyukai matematika, kalau dia tidak mengenal dengan baik apa itu sesungguhnya matematika. Oleh karena itu penlis memilih Etnomatematika sebagai media pembelajaran.

Etnomatematika merupakan suatu pendekatan yang mengaitkan antara matematika dengan budaya, pengaitan ini diharapkan mampu meningkatkan kecintaan siswa terhadap budaya sehingga membuat siswa dapat mengetahui manfaat matematika dalam perspektif Budaya. Istilah Etno  yang berarti sejarah, menyatakan semua aspek kebudayaan, seperti bahasa, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, makanan, pakaian, dan lain-lain. Sedangan Matematika berarti segala sesuatu mengenai suatu perhitungan, pengklasifikasian, urutan, simpulan dan modeling.

Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Jawa yang berlokasi di jalan Sultan Fatah No. 57 Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Yang berjarak ± 26 km dari kota Semarang,  ± 25 km dari kota Kudus, dan ± 35 km dari kabupaten Jepara. Didalam Masjid Agung Demak terdapat seni arsitektur yang indah seperti :

1. Atap masjid

Atap Masjid Agung Demak berbentuk piramida yang berjumlah tiga yang tersusun berundak undak, dan jika kita kaitkan dengan matematika maka bentuk atap ini merupakan implementasi dari Geometri yakni bangun ruang Limas Segitiga.

2. Pintu Bledeg

Di masjid ini juga terdapat pintu bledeg, dimana pintu ini dulunya adalah pintu masuk masjid agung demak.didalam pintu tersebut terdapat ukiran menyerupai bledeg (Petir). Apabila kita kaitkan dengan matematika bentuk ukiran dalam pitu tersebut akan membentuk suatu pola tertentu

3. Soko Majapahit

Soko Majapahit yang berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala ini hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fatah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak pada tahun 1475 M. “ Ukiran dan kayu-kayu di serambi masjid itu asli dari Majapahit. Dan ini merupan implementasi dari nilai-nilai matematika yaitu geometri dan Pencerminan berupa bangun ruang Balok dan pola-pola yang terdpat di soko tersebut membentuk pola pencerminan.

4. Soko Guru

Soko guru adalah tiang utama penyangga di Masjid Agung Demak yang terdapat empat soko guru yang  terletak didalam bangunan utama masjid. Formasi tata letak soko guru dipancagkan pada empat penjuru mata angin. Bila kita hubungkan bangunan ini dengan matematika akan dihasilkan sebuah materi yakni Deret Aritmatika dan Geometri berupa susunan letak soko dan bentuk soko yang menyerupai tabung silinder.

Setelah mengetahui penerapan matematika dalam bangunan Masjid agung Demak, siswa diharapkan akan mampu memahami dan menangkap konsep materi pembelajaran matematika dengan mudah dan sekaligus mengetahui budaya lokal setempat.

 

*Penulis merupakan mahasiswa Tadris Matematika A ‘19

Share this Post1: