BERKEBUN PAHALA DENGAN MENGEJAR LAILATUL QADAR

Blog Single

Oleh: M. Haidar Ali (Mahasiswa Tadris Matematika A 2019)

Sekarang kita semua kedatangan tamu yang sangat spesial, yakni bulan Ramadhan yang membawa taburan berkah dan maghfirah. Di bulan ini, Allah melipat gandakan pahala semua kebajikan yang dilakukan oleh umat Islam. Pahala amalan sunnah yang dikerjakan di bulan Ramadhan disetarakan dengan pahala wajib yang dilakukan pada hari-hari biasa. Sementara itu, amalan wajib akan diganjar dengan pahala berlipat-lipat ganda. Ampunan dan rahmat diobral habis-habisan kepada insan-insan yang menjalankan ketaatan di bulan ini.

Bicara tentang Ramadhan, tentu kita tak bisa lepas dari Lailatul Qadar. Inilah momen yang sangat diharapkan kaum muslimin sepanjang hidup. Betapa tidak, satu malam Lailatul Qadar nilainya sama dengan seribu bulan. Apabila kita hitung dengan seksama, maka hitungan seribu bulan itu sekitar delapan puluh tiga tahun lebih. Mari kita renungkan jumlah yang sedemikian besar ini. Inilah berkah tak terperi yang dicurahkan Allah SWT kepada umat Islam di bulan Ramadhan. Allah SWT berfirman,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

            “Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.”(QS. Al-Qadr 97;3)

Dalam ayat ini Allah SWT memaklumkan kepada kita bahwa Al-Qur’an turun di bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Wahyu ini turun dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia secara keseluruhan. Kemudian Al-Qur’an dihantarkan oleh malaikat Jibril atas perintah Allah SWT kepada Baginda Rasul SAW secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun. Inilah masa turunnya wahyu kepada Baginda Rasul SAW.

Lailatul Qadar adalah malam temulia karena dipilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an. Di malam ini malaikat-malaikat turun ke bumi membawa kedamaian dan ketenangan. Baginda Rasul SAW menganjurkann umatnya untuk mempersiapkan jiwa menyambut malam mulia itu, khususnya pada malam-malam ganjil setetelah lewatnya dua puluh Ramadhan.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.”

Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan bahwa Ibunda Aisyah RA pernah berkata:

            كَانَ رَسُوْلُ اللهِ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ (هذا لفظ البخاري)

    “Bila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (Demikian menurut lafadz Al-Bukhari).

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Lailatul Qadar adalah malam yang samar dan tidak diketahui secara pasti. Namun begitu, Baginda nabi SAW pernah menunjukkan tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar kepada para sahabat. Berikut tanda-tanda Lailatul Qadar yang diisyaratkan oleh hadis:

  1. Bulan berada di posisi separuh lingkaran.

Abu Hurairah RA pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang Lailatul Qadar di sisi rasulullah SAW. Beliau bersabda : “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)

  1. Udara dan suasana menjadi tenang dan hening.

Ibnu Abbas RA menyatakan bahwa Baginda Rasul SAW pernah bersabda: “Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin. Esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.” (Hadis Hasan).

  1. Suasana malam ketika itu terasa sejuk dan nyaman.

“Lalilatul Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Muljam al-kabir 22/59 dengan sanad Hasan).

  1. Keesokan harinya matahari tidak bersinar kuat.

Hadis dari Ubay bin Ka’ab RA menyebutkan ahwa Baginda Rasul SAW dulu bersabda: “Keesokan hari malam Lailatul Qadar matahari terbit hingaa tinggi, tanpa sinar bak nampan.” (HR. Muslim).

Imam Al  Ghazali mengungkapkan bahwa Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama bulan Ramadhan dengan formula sebagai berikut:

  1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadhan.
  2. Jika malam pertama jatuh pada Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadhan.
  3. Jika malam pertama jatuh pada Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 25 Ramadhan.
  4. Jika malam pertama jatuh pada Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadhan.
  5. Jika malam pertama jatuh pada Selasa atau Jumat, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadhan.

Kaidah ini termaktub dalam kitab-kitab para ulama, termasuk dalam kitab-kitab Fikih madzhab Syafii. Rumus ini teruji dari kebiasaan para tokoh ulama yang telah menemui Lailatul Qadar. Tidak ada salahnya kita berpatok pada kaidah ini untuk bisa menemui Lailatul Qadar dan mengisinya dengan amal kebajikan. Berikut adalah amal-amal yang dianjurkan di malam Lailatul Qadar:

Pertama, memperbanyak ibadah dan doa di malam itu. Baginda Nabi SAW memerintahkan Aisyah RA unutk berdoa di malam itu. Aisyah RA pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mendapati malam Lailatul qadar? Apa yang harus aku ucapakan?.” Beliau Menjawab: “Ucapkanlah

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تَحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا

(Ya Allah sesungguhnya Engkau maha Pemaaf menkema’afan, maka maafkanlah daku).’ (HR. Ibnu Majah).

Kedua, membantu keluarga untuk beramal shaleh. Di dalam hadits Abu Dzar al-Ghiffari disebutkan bahwa Baginda Nabi SAW melaksanakan shalat malam bersama mereka (kaum muslim) pada malam 23 dan 25. Disebutkan pula bahwa beliau mengajak keluarga dan istri-istri beliau pada malam 27 secara khusus. Hal ini menunjukkan beliau membangunkan mereka di hari-hari ganjil yang sangat berpotensi kedatangan Lalatul Qadar.

Ketiga, sebagaimana memakmurkan malam Lailatul Qadar, maka siangnya juga melakukan hal demikian. Sebagian salafus shaleh berpendapat bahwa kesungguhan di malam Lailatul Qadar harusnya sama dengan kesungguhan di siang harinya. Mereka senantiasa bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh. Imam Syafii berkata: “Dianjurkan agar kesungguhan di siang hari seperti kesungguhan di malamnya (Lailatul qadar).” Hal ini menunjukkan anjuran bersungguh-sungguh di setiap waktu dari sepuluh malam terakhir, baik di siang maupun malam harinya.

Walhasil, Lailatul Qadar adalah malam yang teramat berharga untuk dilewatkan. Di malam ini, segenap rahmat, maghfirah dan keberkahan dicurahakan Allah SWT kepada umat Islam Waktunya tersembunyi mulai malam pertama sampai malam terakhir. Adapun kaidah yang disampaikan para alim ulama mengenai waktu Lailatul Qadar adalah hasil ijtihad mereka yang juga layak dipegang. Namun demikian, kalau benar-benar ingin mendapatakan Lailatul Qadar, mestinya kita memanfaatkan setiap malam di bulan Ramadhan dengan amal kebajikan. Semoga kita semua bisa menemui tamu agung ini, Amin.

Share this Post1: